Sosok Ibu



Tidak ada yang akan bisa menggantikan sosok ibu tercinta, seperti yang terlihat di gambar ini, ketika seorang ibu mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan anaknya ketika terjadi gempa bumi di China. Sang anak berhasil selamat, sementara ibunya meninggal.

Berikut ini kisah yang lain lagi mengenai pengorbanan seorang ibu. Semoga kisah ini bisa memberi inspirasi pada anda semua untuk semakin menyayangi ibu kita masing-masing. Anda mungkin perlu mempersiapkan tisu sebelum membaca kisah dengan kejutan di akhir cerita ini:


Saat aku beranjak dewasa, aku mulai mengenal sedikit kehidupan yang menyenangkan, merasakan kebahagiaan memiliki wajah yang tampan, kebahagiaan memiliki banyak pengagum di sekolah, kebahagiaan karena kepintaranku yang dibanggakan banyak guru. Itulah aku, tapi satu yang harus aku tutupi, aku malu mempunyai seorang ibu yang BUTA! Matanya tidak ada satu. Aku sangat malu, benar-benar malu!

Aku sangat menginginkan kesempurnaan, tak ada satupun yang cacat dalam hidupku juga dalam keluargaku. Saat itu ayah yang menjadi tulang punggung kami sudah dipanggil terlebih dahulu oleh Tuhan. Tinggallah aku anak semata wayang yang seharusnya menjadi tulang punggung pengganti ayah. Tapi semua itu tak kuhiraukan. Aku hanya mementingkan kebutuhan dan keperluanku saja. Sedang ibu bekerja membuat makanan untuk para karyawan di sebuah rumah jahit sederhana.

Pada suatu saat, ibu datang ke sekolah untuk menjenguk keadaanku. Karena sudah beberapa hari aku tak pulang ke rumah dan tidak tidur di rumah. Karena rumah kumuh itu membuatku muak, membuat kesempurnaan yang kumiliki manjadi cacat. Akan kuperoleh apapun untuk menggapai sebuah kesempurnaan itu.

Tepat di saat istirahat, kulihat sosok wanita tua di pintu sekolah. Bajunya pun bersahaja, rapi dan sopan. Itulah ibuku yang mempunyai mata satu dan yang selalu membuat aku malu. Yang lebih memalukan lagi Ibu memanggilku. “Mau ngapain ibu ke sini? Ibu datang hanya untuk mempermalukan aku!” Bentakanku membuat ibuku segera bergegas pergi dan itulah memang yang kuharapkan!

Namun beberapa temanku berkata dan menanyakan. “Hai, itu ibumu ya? Ibumu matanya satu ya?” yang menjadikanku bagai disambar petir mendapat pertanyaan seperti itu.

Beberapa bulan kemudian aku lulus sekolah dan mendapat beasiswa di sebuah sekolah di luar negeri. Aku mendapatkan beasiswa yang kuincar dan kukejar agar aku bisa segera meninggalkan rumah kumuhku dan terutama meninggalkan ibuku yang membuatku malu. Ternyata aku berhasil mendapatkannya. Dengan bangga kubusungkan dada dan aku berangkat pergi tanpa memberi tahu Ibu karena bagiku itu tidak perlu!

Aku hidup untuk diriku sendiri. Persetan dengan Ibuku. Seorang yang selalu menghalangi kemajuanku. Di sekolah itu, aku menjadi mahasiswa terpopuler karena kepintaran dan ketampananku. Aku telah sukses dan kemudian aku menikah dengan seorang gadis Indonesia dan menetap di Singapura.

Singkat cerita aku menjadi seorang yang sukses, sangat sukses. Tempat tinggalku sangat mewah, aku mempunyai seorang anak laki-laki berusia tiga tahun dan aku sangat menyayanginya. Bahkan aku rela mempertaruhkan nyawaku untuk putraku itu.

Sepuluh tahun aku menetap di Singapura, belajar dan membina rumah tangga dengan harmonis dan sama sekali aku tak pernah memikirkan nasib ibuku. Sedikit pun aku tak rindu padanya, aku tak mencemaskannya. Aku BAHAGIA dengan kehidupanku sekarang.

Tapi pada suatu hari kehidupanku yang sempurna tersebut terusik, saat putraku sedang asyik bermain di depan pintu. Tiba-tiba datang seorang wanita tua renta dan sedikit kumuh menghampirinya. Dan kulihat dia adalah Ibuku, Ibuku datang ke Singapura. Entah untuk apa dan dari mana dia memperoleh ongkosnya. Dia datang menemuiku.
Seketika saja Ibuku ku usir. Dengan enteng aku mengatakan: “HEY, PERGILAH KAU PENGEMIS. KAU MEMBUAT ANAKKU TAKUT!” Dan tanpa membalas perkataan kasarku, Ibu lalu tersenyum, “MAAF, SAYA SALAH ALAMAT..."

Tanpa merasa besalah, aku masuk ke dalam rumah.
Beberapa bulan kemudian datanglah sepucuk surat undangan reuni dari sekolah SMA ku. Aku pun datang untuk menghadirinya sampai tibalah aku di kota kelahiranku. Aku menghadiri pesta reuni dan ingin sedikit menyombongkan diri yang sudah sukses ini. Berhasil aku membuat seluruh teman-temanku kagum pada diriku yang sekarang ini!

Selesai reuni entah megapa aku ingin melihat keadaan rumahku sebelum pulang ke Singapore. Tak tau perasaan apa yang membuatku melangkah untuk melihat rumah kumuh dan wanita tua itu. Sesampainya di depan rumah itu, tak ada perasaan sedih atau bersalah padaku, bahkan aku sendiri sebenarnya jijik melihatnya. Dengan rasa tidak berdosa, aku memasuki rumah itu tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Kulihat rumah ini begitu berantakan. Aku tak menemukan sosok wanita tua di dalam rumah itu, entahlah dia ke mana, tapi justru aku merasa lega tak bertemu dengannya.

Bergegas aku keluar dan bertemu dengan salah satu tetangga rumahku. “Akhirnya kau datang juga. Ibu mu telah meninggal dunia seminggu yang lalu...”

“Oh", hanya perkataan itu yang bisa keluar dari mulutku. Sedikit pun tak ada rasa sedih di hatiku yang kurasakan saat mendengar ibuku telah meninggal.

“Ini, sebelum meninggal, Ibumu memberikan surat ini untukmu”, kata tetanggaku. Setelah menyerahkan surat ia segera bergegas pergi. Kubuka lembar surat yang sudah kucel itu:

"Untuk anakku yang sangat kucintai..
Anakku yang kucintai aku tahu kau sangat membenciku. Tapi Ibu senang sekali waktu mendengar kabar bahwa akan ada reuni disekolahmu.

Aku berharap agar aku bisa melihatmu sekali lagi. karena aku yakin kau akan datang ke acara reuni tersebut.
Sejujurnya ibu sangat merindukanmu, teramat dalam, sehingga setiap malam Aku hanya bisa menangis sambil memandangi fotomu satu-satunya yang ibu punya. Ibu tak pernah lupa untuk mendoakan kebahagiaanmu, agar kau bisa sukses dan melihat dunia luas. Asal kau tahu saja anakku tersayang, sejujurnya mata yang kau pakai untuk melihat dunia luas itu salah satunya adalah mataku yang selalu membuatmu malu.

Mataku yang kuberikan padamu waktu kau kecil. Waktu itu kau dan Ayahmu mengalami kecelakaan yang hebat, tetapi Ayahmu meninggal, sedangkan mata kananmu mengalami kebutaan. Aku tak tega anak tersayangku ini hidup dan tumbuh dengan mata yang cacat maka aku berikan satu mataku ini untukmu.

Sekarang aku bangga padamu karena kau bisa meraih apa yang kau inginkan dan cita-citakan. Dan akupun sangat bahagia bisa melihat dunia luas dengan mataku yang aku berikan untukmu. Saat aku menulis surat ini, aku masih berharap bisa melihatmu untuk yang terakhir kalinya, Tapi aku rasa itu tidak mungkin, karena aku yakin maut sudah di depan mataku.

Peluk cium dari Ibumu tercinta."

Bak petir di siang bolong yang menghantam seluruh saraf-sarafku, Aku terdiam! Baru kusadari bahwa yang membuatku malu sebenarnya bukan ibuku, tetapi diriku sendiri….

0 komentar:

Posting Komentar

Cinta itu Memilih


Aku hancur, ku terluka
Namun engkaulah nafasku
Kau cintaku, meski aku
Bukan di benakmu lagi
Dan ku beruntung sempat memiliki mu
*Yovie & Nuno ~ sempat memiliki
Yah, lagu ini adalah kenang-kenangan dari seorang cowok kocak dan gokil, namanya Arfie. Terakhir kali kami telfonan, dia menyanyikan lagu ini sambil main gitar, yeah.. walaupun rada-rada fales juga suara gitarnya.
Dan setelah itu, kami memang tidak ada menghubungi satu sama lain. Nomor handphone dia juga sudah aku hapus dari kontak ku. Mau tidak mau, yah harus mau.
Awal perkenalan kami yah, gara-gara facebook.(kayak lagu dangdut). Arfie ini adalah seorang penyiar di salah satu radio, dan aku suka banget dengarin radio ini. Hingga pada akhirnya aku gabung group radio ini di facebook. Dan setelah bergabung, selang beberapa hari ada seorang cowok inbox aku. Nama akun facebooknya “Arfie Nafizar”. Aku bingung, siapa cowok ini langsung inbox dan rada-rada sok kenal gitu kata-katanya. Dia inbox begini: “hey, kamu anak semester 4 itu ya”
Aku reply saja “bukan, kau salah orang”
And dia reply again “masa sih, tapi aku yakin deh yang aku lihat di kampus tadi emang kamu”
“ha? kapan kakak lihat aku? Eh, ini kak Arfie penyiar radio itu ya”
“iya, haruskah aku membentangkan spanduk biar kamu lihat aku di kampus?”
“harus dong, jangan lupa di spanduknya di tulis “SLANK” hahahaha”
Yah, begitulah awal perkenalan kami. Dan dia ternyata kakak tingkat ku di kampus. Tiap hari, aku selalu chatting sama dia. Anaknya memang asyik sih, gokil pula. And dia ini penggemar berat Liverpool. sedangkan aku sendiri, pecinta Manchester United. Jadilah kami selalu nyambung kalau ngomongin soal bola. Dan ini semua membuat kami jadi makin akrab. Walau di kampus kami cuma melihat dari jauh saja, karena kelas kita seberangan. Huhu..
Dan, semua ini membuat aku jadi takut. Yah, takut kalau nanti dia suka sama aku. Karena bagaimanapun juga, aku sendiri sudah ada yang punya, dan kekasihku itu sekarang sedang kuliah di luar kota. Aku dan dia menjalani hubungan jarak jauh selama 3 tahun.
Dan kedekatanku dengan Arfie, tentu saja tidak diketahui olehnya. Tapi aku tetap saja was-was, karena kakak dari kekasihku ini satu kelas dengan Arfie di kampus, dan mereka juga berteman akrab.
Dan hal yang aku takuti, akhirnya terjadi juga. Arfie nyatakan perasaannya ke aku. Dan aku? Hah, bodohnya aku ini, kenapa aku juga suka sama Arfie.
Dan akhirnya, Arfie tahu kalau aku sudah punya cowok. Tapi dia tetap sayang, walaupun semenjak dia tahu hal itu, dia sempat nggak ada hubungin aku lagi.
Dan aku pun berusaha buat lupain dia, tapi ternyata nggak semudah yang di bayangkan. Karena di kampus, tanpa disengaja kami sering bertemu. Dan kadang saling curi pandang lewat jendela kelas masing-masing. Sampai akhirnya, dia kembali kirim sms ke aku
“entah kenapa, dari tadi aku memikirkan kamu terus, maaf”
Semakin sakit rasa hatiku baca pesan singkat dari dia. Dan setelah sms itu, kami jadi komunikasi lagi, dan akrab lagi, walaupun dia tahu, aku ini milik orang lain.
Dan akhirnya, aku kembali berhenti komunikasi dengan dia, semua ku lakukan demi keutuhan cintaku dengan kekasihku. walaupun memang berat untuk melupakan Arfie.
Dan malam itu aku iseng dengar radio. Dan ternyata, Arfie yang lagi siaran, dan di sela cuap-cuapnya itu dia bilang malam itu mau berangkat ke Bandung. Wow, mau ngapain ya dia ke sana? Tanyaku dalam hati. But, siapa gue gitu harus tahu mau ngapain dia ke Bandung. Ya udah, tutup mulut aja deh.
Dan selama 4 hari dia nggak masuk kuliah. Jadi nggak semangat aku, sepi juga nggak ada yang di lihatin di kelas seberang.
Dan bebarapa hari kemudian, saat aku siap-siap ke kampus, aku dapat sms dari Arfie
“kamu dimana”
“di kampus” jawabku singkat
“aku tunggu di gerbang kampus yah, aku mau ketemu sebentar, ada sesuatu yg mau aku kasih ke kamu”
Wow banget aku dapat sms dari dia. Aku fikir sudah bisa lupain aku, tapi ternyata malah ngajak ketemuan.
Sampai di kampus, ternyata kelasku sudah ada dosen. Aku sms aja dia
“kelasku udah ada dosen nih”
And dia reply
“ya udah, ntar kalau kamu duluan pulang tunggu aku di gerbang ya, jangan pulang dulu”
“oke”
Dan ternyata benar, kelasku duluan pulang. Jadi deh aku nunggu dia di gerbang. Tapi lama-lama bete juga, akhirnya aku pindah tempat deh ke depan kampus.
Nggak lama kemudian dia sms
“dimana?”
“aku di depan kampus”
Tidak lama kemudian, dia datang dan memanggil aku. Aku kemudian mendatangi dia
“ini buat kamu”. Kata Arfie
“apa ini?”
“udah ambil aja, aku duluan ya” kata Arfie yang langsung pergi meninggalkan aku.
Aku masih saja bengong dengan sesuatu yang ada di tanganku sekarang ini, sambil ngeliatin Arfie yang senyum dari kejauhan.
Gantungan kunci Manchester United? Oleh-oleh dari Bandung nih?
Aku pun bergegas pulang.
Dan setelah pemberian kunci itu lah terakhir kali aku komunikasi dengan dia. Sampai pada akhirnya aku lihat berita di facebook, kalau dia berpacaran dengan seorang cewek yang berasal dari luar pulau. Jujur, sempat jealous juga membaca berita itu, tapi siapa aku sampai harus jealous, harusnya aku senang, karena dia sudah dapat pengganti aku. Dan aku, langsung delete nomor handphone Arfie. Mungkin dia juga begitu.
Dan sejak saat itu, aku fokus dengan hubunganku sendiri. Dan, malapetaka itu akhirnya terjadi juga. Entah dapat berita dari siapa, kekasihku tahu tentang kedekatanku dengan Arfie. Dia marah, sedih dan kecewa denganku. Dan aku, merasa jadi orang paling bodoh sedunia karena sudah menghancurkan kepercayaan kekasihku sendiri. Dan untungnya, kekasihku mau memaafkan ku, dan hubungan kami masih berjalan hingga saat ini.
Aku benar-benar menyesal sudah menyakiti hati seorang pria yang tulus cinta padaku. Dan cinta memang harus memilih, karena hati itu sepasang, hanya ada aku dan kamu, dua, bukan tiga. Aku berharap Arfie juga bisa segera melupakan aku, dan membuang jauh semua kenangan yang pernah terjadi antara aku dan dia.
Karena cinta, memang harus memilih

7 komentar:

Posting Komentar

bALIKAN dUNIA


Hari ini sama seperti kemarin. Tak ada yang berbeda, tak ada yang spesial. Cuma satu kata yang dapat aku simpulkan, yaitu “membosankan”.
Aku yang selalu datang paling terlambat ke sekolah mendapat teguran dari guru. Temanku, Riko yang juga selalu mendapat teguran dari guru karena selalu tidur saat pembelajaran berlangsung. Orang-orang lemah yang selalu jadi korban bully dari Tony beserta komplotannya namun tak lepas pula dari teguran dari pihak sekolah karena perlakuan mereka.
Tapi ada pula yang menyenangkan dari sekolahku, bahkan dalam duniaku. Yaitu “Melody”, seorang yang begitu menawan, kulitnya yang putih rambutnya yang terurai panjang menambah kecantikannya, terlebih sifatnya yang dermawan yang membuat semua cowok yang ada di sekolahku tergila-gila padanya. Termasuk aku.
Melihatnya dari kejauhan saja aku sudah merasa senang. Seringkali aku ingin mendekatinya namun perasaan grogi dan bimbang selalu datang, jadi aku pun memutuskan untuk memendamnya saja.
Satu lagi hal yang membuat aku bosan adalah kebiasaan Danu beserta komplotannya di kantin selalu menggoda cewek-cewek yang berbelanja di sana, terutama Melody dan teman-temannya.
“sungguh menyebalkan”.
Setiap malam sebelum tidur aku sering berhayal aku bisa berteman dengan Melody dan mampu mengubah kebiasaan di sekolah.
Cerpen Dunia Terbalik
“Kriiing” alarm jam ku berbunyi tanda ku untuk tidur.
Rasanya aneh memang, biasanya orang membunyikan jam alarmnya tanda untuk bangun tidur, aku malah sebaliknya. Salah satu hobiku adalah membalikkan hal hal yang membosankan menurutku.
“Rony, Rony, bangun.. bangun.. kamu nggak sekolah? Ini udah jam Tujuh”.
Seperti biasa ibu membangunkanku lagi untuk ke sekian kali nya. Dan untuk kesekian kali nya pula aku terburu-buru bersiap-siap ke sekolah walau sebenarnya aku tahu ini adalah hal yang buruk.
Mandi, memakai seragam, sampai sarapan pun semuanya serba terburu buru.
“Ma, aku berangkat yah. Assalamu alaikum”.
Aku berangkat dengan terburu-buru. Belum sempat aku memanaskan mesin sepeda motorku, langsung aku pakai saja. Mungkin itu sebabnya motorku sering mogok.
Sesampainya di sekolah. Seperti biasa aku terlambat lagi masuk ke kelas. Jam pertama sudah dimulai, guru sudah lama memulai menjelaskan materi, aku baru tiba di depan kelasku.
“Maaf, Pak. Aku terlambat”. ucapku dengan kelelahan dan pasrah.
“Rony, kau terlambat lagi. Itu bagus..! Anak-anak, kalian harus mencontoh Rony yang selalu datang terlambat”.
Tidak seperti yang kuduga. Jawaban dari guruku sangat sangat membuatku terkejut dan aneh.
Aku segera duduk di bangkuku, tepat di sampingku seperti biasa Riko tertidur saat pelajaran berlangsung.
“Rik, bangun, Rik. Bapak sedang menjelaskan di atas tuh..” aku berusaha membangunkan Riko yang tertidur pulas.
“Rony, apa yang kau lakukan?” tanya pak guru dengan bernada keras.
“Saya mencoba membangunkan Riko, Pak. Dia ketiduran lagi. hehe..” jawabku dengan sedikit tertawa.
“Bagus”
Jawaban pak guru membuatku merasa besar kepala untuk yang ke dua kalinya namun untuk kali ini dugaanku salah.
“Bagus sekali, kalian harus mencontoh Riko yang tertidur saat pelajaran berlangsung. Hari ini ada 2 orang yang aku beri nilai plus. Rony yang datang terlambat dan Riko yang tertidur saat pelajaran berlangsung. Kalian harus mencontoh mereka, jangan cuma sibuk membaca buku dan mendengarkan penjelasan materi ini.”
Kali ini aku semakin bingung dengan yang diutarakan oleh Pak Guru.
Saat jam istirahat berlangsung aku dan Riko pergi ke kantin dan hal yang aneh lagi yang aku saksikan adalah Danu yang biasa menggoda para gadis kini tidak terlihat di tempat itu dan yang ada gadis-gadis cantik, Stella dan sahabat sahabatnya termasuk gadis yang aku sukai, Melody.
“Jangan ke sana ah.. kita ke tempat yang lain aja? Di sana ada cewek cewek jelek yang godain kita” pinta Riko.
“Maksudmu Stela, Melody, dan teman temannya?” ucapku penasaran.
“Iya. Siapa lagi?”
“Rik, mereka kau bilang jelek? Jadi yang cantik itu seperti apa?” tanyaku yang semakin penasaran.
“Itu tuh. Itu dia gadis yang paling cantik di sekolah ini..” jawab Riko sambil menunjuk ke arah seorang gadik berbadan gemuk, dengan kaca mata culun dengan memakai behel di giginya dan di wajahnya dipenuhi jerawat.
Entah apa yang membuat Riko berubah 180 derajat. Dia yang biasa merasa jijik dengan gadis seperti itu malah sangat tergila gila padanya.
Kebingunganku semakin menjadi jadi ketika semua lelaki, tidak hanya Riko mendekati gadis gemuk itu.
“Orang orang di sini mulai aneh” pikirku.
“Hai, cowok. Sini dong..”
Suara yang tidak asing kudengar memanggilku. Suara yang terkadang membuat lelaki di sekolah ini tergoda. Ya, suara itu berasal dari Stela dan sahabat-sahabatnya.
Aku mulai menuruti panggilan dari Stela walau dalam keadaan grogi, ditambah lagi di sampingnya terlihat Melody yang tersenyum menatapku.
Walau aneh, tapi mungkin ini kesempatanku dapat berbicara dengan Melody beserta para gadis pujaan para lelaki di sekolah ini.
“Nama kamu siapa?” tanya Cindy.
“Na.. Nama saya Rony, mbak” jawabku dengan sedikit grogi.
“Lo, kok mbak sih, kita kan masih muda” sahut Baby.
“Iya nih” sambung Stela.
“Rony, minta nomor hp kamu dong.” pinta Melody.
What… Ini seperti mimpi saja. Seorang gadis idaman hatiku meminta nomor hp ku secara langsung. Tanpa berpikir aku pun memberikan nya secara cuma cuma.
“Entar malam, boleh nggak aku ngajak kamu nonton” ajak Melody.
“Bo.. boleh kok. Boleh” jawabku dengan rasa tidak percaya bercampur tidak percaya.
Semua yang kusaksikan betul-betul aneh tidak seperti biasa.
Pandanganku mulai tertuju pada Tony dan komplotannya sedang melakukan hobinya. Membully anak-anak lemah.
“Ya. Setidaknya cuma ini yang tidak berubah. Berlanjut seperti biasa.”
Namun dugaanku salah. Tony beserta kawan-kawannya memberikan uang Rp. 100 rupiah kepada orang yang ia bully tadi dan bergegas pergi.
Salah seorang guru menyuruh Tony dan rekan-rekannya untuk menghadap kepada ke kepala sekolah atas tindakannya. Ya, pasti mereka dihukum lagi.
Namun dugaanku salah lagi. Mereka malah dipuji atas tindakannya yang selalu membully orang orang lemah.
“Tindakan kalian akan mengharumkan nama sekolah” tukas sang kepala sekolah.
Betul betul aneh..
Malam pun tiba. Malam yang sudah lama kunanti nanti kan. Dapat nonton bareng gadis idamanku.
Dengan kukendarai sepeda motorku aku membonceng Melody yang duduk di belakang.
Cobaan mulai datang. Di tengah jalan ban motorku kempes. Aku mulai mencari tempat pompa ban atau biasa disebut “Press Ban”.
Tidak lama aku menemukan tempat itu dan segera ban ku yang kempes diperbaikinya.
Belum sempat aku membayar ongkos pompa ban nya, sang Tukang Pompa tersebut segera memberiku uang Rp. 1000.
“Ini, mas. Terima kasih”. ucapnya yang membuatku semakin kaget.
Hal aneh apa lagi ini?
“Nggak, mas. Ini salah. Kok aku sebagai pelanggan diberi uang. Seharusnya saya dong yang membayar anda.” ucapku seraya mengembalikan uang yang ia berikan tadi padaku dan memberikan uang Rp. 1000 sebagai ongkos pompa ban kepadanya.
Dia terlihat keheranan dan tiba-tiba marah.
“Eh, mas. Anda mau menipu saya yah?” ucapnya dengan kesal.
Aku semakin merasa kebingungan.
Namun Melody yang ada di tempat itu memperbaiki keadaan. Dia segera mengambil uang tadi dari sang Tukang pompa ban tersebut seraya meminta maaf kepadanya.
“Maafkan teman saya, mas..”
Kebingungan dan keherananku mulai membesar seperti balon yang terus dipompa.
“Ah.. nggak apa apa deh, yang penting aku bisa jalan bareng dengan Melody” pikirku untuk menenangkan diri.
Sesampainya di dalam bioskop hal serupa terjadi lagi pada penjual tiket. Sang penjual yang harus membayar kepada sang pembeli.
Mungkin aku sudah hampir gila dengan situasi ini.
Namun lagi lagi aku tidak mau mempedulikannya.
Sehabis nonton, aku mulai meninggalkan gedung bioskop bersama Melody.
Terlihat Stela dan teman-temannya hendak menjemput Melody dengan mobil nya yang berwarna merah.
“Ron, aku bareng Stela aja yah. Makasih” ucap Melody.
“Ya. Nggak apa-apa kok” jawabku.
“PROOKK..!!”
Entah apa salahku, tiba tiba saja Melody menamparku.
“Mel, apa yang…”
Belum sempat kulanjutkan pertanyaanku, dia langsung berterima kasih padaku.
“Makasih yah, Ron atas waktunya”
Dia pun segera meninggalkanku bersama sahabat-sahabatnya itu.
Rasa penasaranku belum hilang hingga kulihat seorang pria yang ditampar degan keras sebanyak 3 kali oleh seorang wanita yang adalah mungkin adalah pacarnya sendiri. Dan segera wanita itu meninggalkannya.
Aku memberanikan diri untuk bertanya pada pria itu.
“eee.. maaf, mas. Kalau boleh taw. Cewek tadi itu pacar mas yah?” tanyaku.
“Iya. Emang kenapa?” jawabnya penasaran.
“Kok dia nampar mas sih? Dia marah yah sama mas?” tanyaku lagi.
“hehehe, Entah kamu berasal dari planet mana, mas? Mas ini kolot banget yah? Tamparan itu adalah tanda rasa cinta. Semakin keras tamparannya maka sebesar itu pula rasa cintanya.”
Mendengar jawaban dari orang itu membuat aku semakin bingung. Entah dia yang aneh atau aku.
“Mas, kalau mau lihat bukti rasa benci. Itu di sana” tukas orang itu lagi sambil menunjuk ke arah seorang gadis yang mencium kening pacarnya.
Waduuh..
Aku betul-betul semakin yakin. Dunia ini menjadi terbalik.
Segera kutinggalkan orang itu dengan kebingungan dan keheranan yang belum hilang.
Namun aku mulai menyadari bahwa tamparan yang kudapatkan dari Melody adalah bukti bahwa ia menyukaiku.
Entah aku merasa ge’er atau memang itulah yang terjadi. Hatiku mulai kegirangan.
Pandanganku mulai tertuju pada seorang pria yang mengenakan topi. Dengan gerak gerak yang mencurigakan seperti itu aku yakin dia adalah seorang penjahat ataupun pencopet.
Aku mulai memberanikan diri membuntuti orang itu. Walau hati ini merasa was was namun rasa penasaranku ini lebih tinggi.
Pria mencurigakan itu berjalan dan menghampiri seorang pria dari belakangnya. Pria mencurigakan itu terus memperhatikan kantong belakang celana orang yang ada di hadapannya itu.
Aku yakin dia adalah seorang pencopet..
Aku bersiap siap untuk segera berteriak jikalau pencopet itu mulai melakukan aksinya. Namun untuk kesekian kalinya hal yang kuanggap aneh terjadi lagi.
Pencopet itu memasukkan dompetnya ke dalam saku belakang celana seorang pria yang ada di hadapannya itu dan bergegas pergi.
“Loh kok?..”
Pria tersebut segera sadar bahwa ada sesuatu yang aneh dalam saku celananya.
Dia segera memeriksa saku celananya dan ternyata benar.
Sebuah dompet yang bukan miliknya ada di dalamnya.
“Hey copeeet..!”
Teriakan pria itu membuatku semakin tenggelam dalam keheranan.
Dengan rasa yang terlanjur penasaran aku mendekati pria itu dan bertanya.
“Maaf mas, anda ini betul-betul dicopet?”
“Ya iyalah. Kalau nggak, ngapain aku berteriak?” jawab pria itu yang masuk akal.
“Emang dompet mas diambil yah sama pencopet?” tanya ku lagi.
“Aduuh, mas ini berasal dari planet mana sih? Kok kolot banget yah? Nih lihat! Dompet orang itu dia masukin ke dalam saku celana saya. Itu berarti dia mencopet saya..” jawab sang pria itu yang mulai tidak masuk akal menurutku sambil menunjukkan sebuah dompet.
Aku putuskan untuk segera pergi meninggalkan gedung bioskop ini. Namun kulihat seorang pria tua tanpa sengaja menjatuhkan kopernya. Kopernya itu tepat berada di hadapanku.
Entah apa yang ada di dalamnya.
Tanpa berpikir panjang segera kuambil koper itu dan mengejar pria itu.
Usahaku tidak sia sia. Walau dengan rasa letih, aku bisa menyusul pria tua itu.
“Pak, ini koper bapak tadi jatuh. Bapak lupa yah” ucapku dengan nafas yang mulai terengah.
Pria itu segera membuka kopernya yang ternyata berisi uang yang banyak. Jika kuprediksikan mungkin sekitar 5 sampai 10 jutaan.
“Nggak usah, mas. Saya ikhlasku mengembalikan ini” ucapku dengan sedikit ge’er.
Segera kutinggalkan pria tua itu.
“Hey..! Jambret..!”
Entah apa yang terjadi, pria itu berteriak seperti itu. Padahal sangat jelas koper itu masih ada di tangannya.
Saat kuberbalik tiga orang penjaga bioskop di tambah dua orang petugas berlari mengejarku.
Saat itu pikiranku kosong. Tak ada apa apa yang bisa kupikirkan selain mengikuti naluriku. Yaitu “lari”.
Aku berlari menghindari kejaran mereka namun apa daya. Kekuatanku yang lemah tak mungkin menandingi kekuatan mereka yang memiliki badan besar seperti tentara.
Mungkin ini nasibku, menjadi seorang narapidana yang sampai sekarang aku masih bingung.
‘Apa salahku?’
Mengembalikan uang adalah hal yang benar namun di sini mengembalikan uang adalah hal yang salah. Dan aku mulai benar benar yakin kalau aku terjebak dalam dunia yang terbalik. Hal benar menjadi salah dan hal yang salah menjadi benar.
Tunggu dulu..
Jika aku mendapat hukuman penjara yang berat yang membuat kita tersiksa berarti di dunia yang kutempati sekarang adalah..
Kali ini dugaanku benar.
Aku dimasukkan ke dalam sebuah pintu oleh petugas dan dibalik pintu itu adalah..
Sebuah pantai yang indah. Dengan pasir putih nan laut yang biru. Angin yang tertiup sepoi menambah kesejukan tempat itu.
“hehe, dunia ini memang terbalik. Tempat ini mereka bilang siksaan. Yang benar saja” ucapku sembari bersantai menikmati keindahan alam.
“Rony.. bangun..! Kamu nggak sekolah? Ini udah jam berapa. Cepat bangun..”
Ibu membangunkanku dari mimpiku. Mimpi yang entah kuanggap mimpi buruk atau mimpi indah. Tapi yang jelas itu cuma sebuah mimpi.
Mimpi terjebak dalam..
Dunia Terbalik.

0 komentar:

Posting Komentar