bALIKAN dUNIA


Hari ini sama seperti kemarin. Tak ada yang berbeda, tak ada yang spesial. Cuma satu kata yang dapat aku simpulkan, yaitu “membosankan”.
Aku yang selalu datang paling terlambat ke sekolah mendapat teguran dari guru. Temanku, Riko yang juga selalu mendapat teguran dari guru karena selalu tidur saat pembelajaran berlangsung. Orang-orang lemah yang selalu jadi korban bully dari Tony beserta komplotannya namun tak lepas pula dari teguran dari pihak sekolah karena perlakuan mereka.
Tapi ada pula yang menyenangkan dari sekolahku, bahkan dalam duniaku. Yaitu “Melody”, seorang yang begitu menawan, kulitnya yang putih rambutnya yang terurai panjang menambah kecantikannya, terlebih sifatnya yang dermawan yang membuat semua cowok yang ada di sekolahku tergila-gila padanya. Termasuk aku.
Melihatnya dari kejauhan saja aku sudah merasa senang. Seringkali aku ingin mendekatinya namun perasaan grogi dan bimbang selalu datang, jadi aku pun memutuskan untuk memendamnya saja.
Satu lagi hal yang membuat aku bosan adalah kebiasaan Danu beserta komplotannya di kantin selalu menggoda cewek-cewek yang berbelanja di sana, terutama Melody dan teman-temannya.
“sungguh menyebalkan”.
Setiap malam sebelum tidur aku sering berhayal aku bisa berteman dengan Melody dan mampu mengubah kebiasaan di sekolah.
Cerpen Dunia Terbalik
“Kriiing” alarm jam ku berbunyi tanda ku untuk tidur.
Rasanya aneh memang, biasanya orang membunyikan jam alarmnya tanda untuk bangun tidur, aku malah sebaliknya. Salah satu hobiku adalah membalikkan hal hal yang membosankan menurutku.
“Rony, Rony, bangun.. bangun.. kamu nggak sekolah? Ini udah jam Tujuh”.
Seperti biasa ibu membangunkanku lagi untuk ke sekian kali nya. Dan untuk kesekian kali nya pula aku terburu-buru bersiap-siap ke sekolah walau sebenarnya aku tahu ini adalah hal yang buruk.
Mandi, memakai seragam, sampai sarapan pun semuanya serba terburu buru.
“Ma, aku berangkat yah. Assalamu alaikum”.
Aku berangkat dengan terburu-buru. Belum sempat aku memanaskan mesin sepeda motorku, langsung aku pakai saja. Mungkin itu sebabnya motorku sering mogok.
Sesampainya di sekolah. Seperti biasa aku terlambat lagi masuk ke kelas. Jam pertama sudah dimulai, guru sudah lama memulai menjelaskan materi, aku baru tiba di depan kelasku.
“Maaf, Pak. Aku terlambat”. ucapku dengan kelelahan dan pasrah.
“Rony, kau terlambat lagi. Itu bagus..! Anak-anak, kalian harus mencontoh Rony yang selalu datang terlambat”.
Tidak seperti yang kuduga. Jawaban dari guruku sangat sangat membuatku terkejut dan aneh.
Aku segera duduk di bangkuku, tepat di sampingku seperti biasa Riko tertidur saat pelajaran berlangsung.
“Rik, bangun, Rik. Bapak sedang menjelaskan di atas tuh..” aku berusaha membangunkan Riko yang tertidur pulas.
“Rony, apa yang kau lakukan?” tanya pak guru dengan bernada keras.
“Saya mencoba membangunkan Riko, Pak. Dia ketiduran lagi. hehe..” jawabku dengan sedikit tertawa.
“Bagus”
Jawaban pak guru membuatku merasa besar kepala untuk yang ke dua kalinya namun untuk kali ini dugaanku salah.
“Bagus sekali, kalian harus mencontoh Riko yang tertidur saat pelajaran berlangsung. Hari ini ada 2 orang yang aku beri nilai plus. Rony yang datang terlambat dan Riko yang tertidur saat pelajaran berlangsung. Kalian harus mencontoh mereka, jangan cuma sibuk membaca buku dan mendengarkan penjelasan materi ini.”
Kali ini aku semakin bingung dengan yang diutarakan oleh Pak Guru.
Saat jam istirahat berlangsung aku dan Riko pergi ke kantin dan hal yang aneh lagi yang aku saksikan adalah Danu yang biasa menggoda para gadis kini tidak terlihat di tempat itu dan yang ada gadis-gadis cantik, Stella dan sahabat sahabatnya termasuk gadis yang aku sukai, Melody.
“Jangan ke sana ah.. kita ke tempat yang lain aja? Di sana ada cewek cewek jelek yang godain kita” pinta Riko.
“Maksudmu Stela, Melody, dan teman temannya?” ucapku penasaran.
“Iya. Siapa lagi?”
“Rik, mereka kau bilang jelek? Jadi yang cantik itu seperti apa?” tanyaku yang semakin penasaran.
“Itu tuh. Itu dia gadis yang paling cantik di sekolah ini..” jawab Riko sambil menunjuk ke arah seorang gadik berbadan gemuk, dengan kaca mata culun dengan memakai behel di giginya dan di wajahnya dipenuhi jerawat.
Entah apa yang membuat Riko berubah 180 derajat. Dia yang biasa merasa jijik dengan gadis seperti itu malah sangat tergila gila padanya.
Kebingunganku semakin menjadi jadi ketika semua lelaki, tidak hanya Riko mendekati gadis gemuk itu.
“Orang orang di sini mulai aneh” pikirku.
“Hai, cowok. Sini dong..”
Suara yang tidak asing kudengar memanggilku. Suara yang terkadang membuat lelaki di sekolah ini tergoda. Ya, suara itu berasal dari Stela dan sahabat-sahabatnya.
Aku mulai menuruti panggilan dari Stela walau dalam keadaan grogi, ditambah lagi di sampingnya terlihat Melody yang tersenyum menatapku.
Walau aneh, tapi mungkin ini kesempatanku dapat berbicara dengan Melody beserta para gadis pujaan para lelaki di sekolah ini.
“Nama kamu siapa?” tanya Cindy.
“Na.. Nama saya Rony, mbak” jawabku dengan sedikit grogi.
“Lo, kok mbak sih, kita kan masih muda” sahut Baby.
“Iya nih” sambung Stela.
“Rony, minta nomor hp kamu dong.” pinta Melody.
What… Ini seperti mimpi saja. Seorang gadis idaman hatiku meminta nomor hp ku secara langsung. Tanpa berpikir aku pun memberikan nya secara cuma cuma.
“Entar malam, boleh nggak aku ngajak kamu nonton” ajak Melody.
“Bo.. boleh kok. Boleh” jawabku dengan rasa tidak percaya bercampur tidak percaya.
Semua yang kusaksikan betul-betul aneh tidak seperti biasa.
Pandanganku mulai tertuju pada Tony dan komplotannya sedang melakukan hobinya. Membully anak-anak lemah.
“Ya. Setidaknya cuma ini yang tidak berubah. Berlanjut seperti biasa.”
Namun dugaanku salah. Tony beserta kawan-kawannya memberikan uang Rp. 100 rupiah kepada orang yang ia bully tadi dan bergegas pergi.
Salah seorang guru menyuruh Tony dan rekan-rekannya untuk menghadap kepada ke kepala sekolah atas tindakannya. Ya, pasti mereka dihukum lagi.
Namun dugaanku salah lagi. Mereka malah dipuji atas tindakannya yang selalu membully orang orang lemah.
“Tindakan kalian akan mengharumkan nama sekolah” tukas sang kepala sekolah.
Betul betul aneh..
Malam pun tiba. Malam yang sudah lama kunanti nanti kan. Dapat nonton bareng gadis idamanku.
Dengan kukendarai sepeda motorku aku membonceng Melody yang duduk di belakang.
Cobaan mulai datang. Di tengah jalan ban motorku kempes. Aku mulai mencari tempat pompa ban atau biasa disebut “Press Ban”.
Tidak lama aku menemukan tempat itu dan segera ban ku yang kempes diperbaikinya.
Belum sempat aku membayar ongkos pompa ban nya, sang Tukang Pompa tersebut segera memberiku uang Rp. 1000.
“Ini, mas. Terima kasih”. ucapnya yang membuatku semakin kaget.
Hal aneh apa lagi ini?
“Nggak, mas. Ini salah. Kok aku sebagai pelanggan diberi uang. Seharusnya saya dong yang membayar anda.” ucapku seraya mengembalikan uang yang ia berikan tadi padaku dan memberikan uang Rp. 1000 sebagai ongkos pompa ban kepadanya.
Dia terlihat keheranan dan tiba-tiba marah.
“Eh, mas. Anda mau menipu saya yah?” ucapnya dengan kesal.
Aku semakin merasa kebingungan.
Namun Melody yang ada di tempat itu memperbaiki keadaan. Dia segera mengambil uang tadi dari sang Tukang pompa ban tersebut seraya meminta maaf kepadanya.
“Maafkan teman saya, mas..”
Kebingungan dan keherananku mulai membesar seperti balon yang terus dipompa.
“Ah.. nggak apa apa deh, yang penting aku bisa jalan bareng dengan Melody” pikirku untuk menenangkan diri.
Sesampainya di dalam bioskop hal serupa terjadi lagi pada penjual tiket. Sang penjual yang harus membayar kepada sang pembeli.
Mungkin aku sudah hampir gila dengan situasi ini.
Namun lagi lagi aku tidak mau mempedulikannya.
Sehabis nonton, aku mulai meninggalkan gedung bioskop bersama Melody.
Terlihat Stela dan teman-temannya hendak menjemput Melody dengan mobil nya yang berwarna merah.
“Ron, aku bareng Stela aja yah. Makasih” ucap Melody.
“Ya. Nggak apa-apa kok” jawabku.
“PROOKK..!!”
Entah apa salahku, tiba tiba saja Melody menamparku.
“Mel, apa yang…”
Belum sempat kulanjutkan pertanyaanku, dia langsung berterima kasih padaku.
“Makasih yah, Ron atas waktunya”
Dia pun segera meninggalkanku bersama sahabat-sahabatnya itu.
Rasa penasaranku belum hilang hingga kulihat seorang pria yang ditampar degan keras sebanyak 3 kali oleh seorang wanita yang adalah mungkin adalah pacarnya sendiri. Dan segera wanita itu meninggalkannya.
Aku memberanikan diri untuk bertanya pada pria itu.
“eee.. maaf, mas. Kalau boleh taw. Cewek tadi itu pacar mas yah?” tanyaku.
“Iya. Emang kenapa?” jawabnya penasaran.
“Kok dia nampar mas sih? Dia marah yah sama mas?” tanyaku lagi.
“hehehe, Entah kamu berasal dari planet mana, mas? Mas ini kolot banget yah? Tamparan itu adalah tanda rasa cinta. Semakin keras tamparannya maka sebesar itu pula rasa cintanya.”
Mendengar jawaban dari orang itu membuat aku semakin bingung. Entah dia yang aneh atau aku.
“Mas, kalau mau lihat bukti rasa benci. Itu di sana” tukas orang itu lagi sambil menunjuk ke arah seorang gadis yang mencium kening pacarnya.
Waduuh..
Aku betul-betul semakin yakin. Dunia ini menjadi terbalik.
Segera kutinggalkan orang itu dengan kebingungan dan keheranan yang belum hilang.
Namun aku mulai menyadari bahwa tamparan yang kudapatkan dari Melody adalah bukti bahwa ia menyukaiku.
Entah aku merasa ge’er atau memang itulah yang terjadi. Hatiku mulai kegirangan.
Pandanganku mulai tertuju pada seorang pria yang mengenakan topi. Dengan gerak gerak yang mencurigakan seperti itu aku yakin dia adalah seorang penjahat ataupun pencopet.
Aku mulai memberanikan diri membuntuti orang itu. Walau hati ini merasa was was namun rasa penasaranku ini lebih tinggi.
Pria mencurigakan itu berjalan dan menghampiri seorang pria dari belakangnya. Pria mencurigakan itu terus memperhatikan kantong belakang celana orang yang ada di hadapannya itu.
Aku yakin dia adalah seorang pencopet..
Aku bersiap siap untuk segera berteriak jikalau pencopet itu mulai melakukan aksinya. Namun untuk kesekian kalinya hal yang kuanggap aneh terjadi lagi.
Pencopet itu memasukkan dompetnya ke dalam saku belakang celana seorang pria yang ada di hadapannya itu dan bergegas pergi.
“Loh kok?..”
Pria tersebut segera sadar bahwa ada sesuatu yang aneh dalam saku celananya.
Dia segera memeriksa saku celananya dan ternyata benar.
Sebuah dompet yang bukan miliknya ada di dalamnya.
“Hey copeeet..!”
Teriakan pria itu membuatku semakin tenggelam dalam keheranan.
Dengan rasa yang terlanjur penasaran aku mendekati pria itu dan bertanya.
“Maaf mas, anda ini betul-betul dicopet?”
“Ya iyalah. Kalau nggak, ngapain aku berteriak?” jawab pria itu yang masuk akal.
“Emang dompet mas diambil yah sama pencopet?” tanya ku lagi.
“Aduuh, mas ini berasal dari planet mana sih? Kok kolot banget yah? Nih lihat! Dompet orang itu dia masukin ke dalam saku celana saya. Itu berarti dia mencopet saya..” jawab sang pria itu yang mulai tidak masuk akal menurutku sambil menunjukkan sebuah dompet.
Aku putuskan untuk segera pergi meninggalkan gedung bioskop ini. Namun kulihat seorang pria tua tanpa sengaja menjatuhkan kopernya. Kopernya itu tepat berada di hadapanku.
Entah apa yang ada di dalamnya.
Tanpa berpikir panjang segera kuambil koper itu dan mengejar pria itu.
Usahaku tidak sia sia. Walau dengan rasa letih, aku bisa menyusul pria tua itu.
“Pak, ini koper bapak tadi jatuh. Bapak lupa yah” ucapku dengan nafas yang mulai terengah.
Pria itu segera membuka kopernya yang ternyata berisi uang yang banyak. Jika kuprediksikan mungkin sekitar 5 sampai 10 jutaan.
“Nggak usah, mas. Saya ikhlasku mengembalikan ini” ucapku dengan sedikit ge’er.
Segera kutinggalkan pria tua itu.
“Hey..! Jambret..!”
Entah apa yang terjadi, pria itu berteriak seperti itu. Padahal sangat jelas koper itu masih ada di tangannya.
Saat kuberbalik tiga orang penjaga bioskop di tambah dua orang petugas berlari mengejarku.
Saat itu pikiranku kosong. Tak ada apa apa yang bisa kupikirkan selain mengikuti naluriku. Yaitu “lari”.
Aku berlari menghindari kejaran mereka namun apa daya. Kekuatanku yang lemah tak mungkin menandingi kekuatan mereka yang memiliki badan besar seperti tentara.
Mungkin ini nasibku, menjadi seorang narapidana yang sampai sekarang aku masih bingung.
‘Apa salahku?’
Mengembalikan uang adalah hal yang benar namun di sini mengembalikan uang adalah hal yang salah. Dan aku mulai benar benar yakin kalau aku terjebak dalam dunia yang terbalik. Hal benar menjadi salah dan hal yang salah menjadi benar.
Tunggu dulu..
Jika aku mendapat hukuman penjara yang berat yang membuat kita tersiksa berarti di dunia yang kutempati sekarang adalah..
Kali ini dugaanku benar.
Aku dimasukkan ke dalam sebuah pintu oleh petugas dan dibalik pintu itu adalah..
Sebuah pantai yang indah. Dengan pasir putih nan laut yang biru. Angin yang tertiup sepoi menambah kesejukan tempat itu.
“hehe, dunia ini memang terbalik. Tempat ini mereka bilang siksaan. Yang benar saja” ucapku sembari bersantai menikmati keindahan alam.
“Rony.. bangun..! Kamu nggak sekolah? Ini udah jam berapa. Cepat bangun..”
Ibu membangunkanku dari mimpiku. Mimpi yang entah kuanggap mimpi buruk atau mimpi indah. Tapi yang jelas itu cuma sebuah mimpi.
Mimpi terjebak dalam..
Dunia Terbalik.

0 komentar:

Posting Komentar